Khot Maghribi; Berkah Bagi Ustadz Ahmad Jimly Ashari

Mengikuti festival internasional zahrafah dan miniatur mungkin belum terdetik di hatinya pada waktu awal belajar khot. Tetapi even di Aljazair inilah yang diikuti oleh tamu kita pada akhir tahun 2013 silam. Di akhir tahun 2015 beliau mendapatkan ijazah pertamanya di khot maghribi, dari al-ustadz Belaid Hamidi. Prestasi terakhirnya yang diraihnya adalah nominasi ke-5 kategori khot maghribi pada Lomba Kaligrafi Internasional yang diadakan oleh IRCICA tahun lalu. Berikut petikan wawancara kru hamidionline dengan tamu kita, al-Ustadz Ahmad Jimly Ashari.

Bagaimana awal mula ustadz bersentuhan dengan khot? Dan siapa yang mendorong untuk belajar?

Alhamdulillah sejak tahun 2008 di masa sekolah SMP  dulu saya mengenal khot, karena di pesantren khot dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran sekolah. Yang mendorong saya adalah guru saya di SMP, beliau dawuh kalau tulisannya bagus nanti bisa diikutkan lomba, semenjak itu saaya memiliki semangat dalam balajar khot.

Bagaimana permulaan belajar ustadz? Apakah ada metode belajar tertentu yang ustadz ikuti?

awal mula belajar khot saya mengikuti pembalajaran yang biasa digunakan di pesantren pada umumnya, naskhi tsulus dan lain sebagainya. Pada awwal mula belajar tidak ada metode tertentu hanya disuruh meniru gaya tulisan dari guru.

Kapan awal mula ustadz belajar dengan metode yang dikenalkan oleh al-ustadz Belaid Hamidi?

Tepatnya pada bulan Mei 2013 yang lalu saya mengirimi pesan kepada ustad Alim Gema. Saya dikenalkan kepada beliau oleh ustadz Balya Hidayat, saudara bu Nyai pesantren via sosial media facebook. Kebetulah ustadz Balya adalah teman ustadz Alim semasa belajar di Kairo. Pada saat itulah saya mencoba untuk meminta diri menjadi murid secara online dalam belajar khot, meskipun alat dan bahan kurang memadai

Apa perbedaan yang ustadz rasakan ketika belajar dengan Manhaj Hamidi?

Banyak sekali perbedaan yang mendasar dalam metode pembelajaran manhaj ini. Salah satunya dalam mempelajari khot itu harus bermula dari yang mudah dulu seperti riqah, meskipun saya sendiri, awal mula belajar dari khath maghrib. Meskipun pada awal mulanya saya dikenalkan khat riqah oleh ustadah Nur Hamidiyah di akhir tahun 2012, tetapi karena saya belum bisa memahami secara detail, dan memang belum paham tentang pembelajaran online itu bagaimana dan seperti apa, maka di awal tahun 2013 saya memohon diri untuk menunda dulu belajarnya.

Ustadz saat ini sudah tercatat sebagai salah satu kaligrafer yang berprestasi di lomba internasional. Apa yang memotivasi ustadz untuk ikut serta?

Motivasi saya sebenarnya hanya ingin ikut serta memeriahkan saja, karena masih tidak memungkinkan sebagai pelajar yang baru saja mempelajari khath maghribi bisa bersaing dengan kaligrafer besar yang sudah lebih dahulu mendalami jenis khot ini. Selain itu bagi saya lomba ini sebagai murojaah. Namun walhasil, Alhamdulillah ala kulli hal.

Apa yang menjadi fokus utama ustadz dalam membuat sebuah karya untuk lomba?

Sebenarya dalam membuat sebuah karya yang diharuskan fokus adalah dalam kaidah, kemudian susunan dan kehalusan tulisan, meskupun saya sadar sepenuhnya bahwa karya saya sendiri masih belum bisa dibilang sempurna.

Dalam lomba yang ustadz ikuti, berapa kali membuat qalib sehingga menghasilkan karya akhir untuk dikirim?

Jujur, dalam membuat qalib di kertas kalkir hanya 3 kali, karena perisiapan mepet dengan beberapa kesibukan keseharian.

Dengan qalib sebanyak 3 kali hingga mencapai qalib akhir tersebut, berapa waktu yang antum habiskan hingga tanfidz akhir?

Sebenarnya memang saya belum merasa puas karena memulai persiapan di awal Januari sampai akhir Februari saja. Namun ala kulli hal, hanya allah yang menentukan,  tanfidz akhir hanya sempat 2 kali saja, karena keterbatasan kertas muqohar.

Terakhir apa pesan ustadz untuk kawan-kawan kaligrafer di Indonesia dan ahaly hamidi pada khususnya?

Harapan saya kepada seluruh teman-teman pecinta kaligrafi di indonesia, terus semangat dalam belajar khat, insha Allah niat yang baik akan mendapatkan hasil yang baik. Prinsip saya di masa sekolah dalam bahasa  madura “awwaluhu maksah, akhiruhu bissah” (hampir mirip seperti bersusah susah dahulu senang kemudian).  Belajar khot memang harus punya rasa sabar tinggi, andaikan sabar ciptaan manusia mungkin akan cepat rusak karena sering dipakai. Kuncinya adalah sabar, telaten, dan takdzim kepada guru, Insha Allah barokah di akhir.

Barakallah ustadz, semoga ustadz selalu dalam lindungan Allah swt, dikuatkan dan terus diberi kesuksesan, dunia akhirat, amin. [admin/hamidionline]

Biodata

[table id=3 /]