Kaligrafer – Ismail Hakkı Altunbezer

ismail haqqi

Ismail Hakki lahir di Istanbul tahun 1290 H / 1873 M. Sejak kecil belajar tadzhib dari bapaknya yang juga seorang mudzahhib terkenal. Beliau lantas menyempurnakan belajar tadzhib pada seorang tokoh mudzahhib terkenal saat itu, Bahauddin Afandi.

Selain bakat dalam zahrafah, Ismail Hakki juga mewarisi ‘trah’ kaligrafer dari jalur bapaknya. Karena bapak dan kakeknya (dari bapak) adalah kaligrafer. Beliau belajar tsuluts dan naskhi dari bapaknya Muhammad ‘Ilmi Afandi yang juga murid dari Kadiazkar Musthafa Izzat Afandi. Belajar melukis dan memahat di madrasah “Shana`i’ an-Nafisah”. Lalu diangkat sebagai pegawai pada “Diwan Hamayuni”. Mendalami jenis khot diwani, diwani jaly, tsuluts jali dan tughra’ kepada Ismail Hakki Sami Afandi, hingga diangkat sebagai penulis tughra’ kedua dengan julukan “tughrakesy”.

Ismail Hakki mengajar khat riq’ah pada banyak madrasah. Di samping mengajar khat tughra’ dan tsuluts jaly pada “Madrasah al-Khatthatin” hingga madrasah ini ditutup pada tahun 1928 M, karena bergantinya sistem pemerintahan yang merubah kebijakan mengganti huruf arab dengan huruf latin. Sejak itu, beliau mengajar tadzhib di “Madrasah Funun Zuhrufah Syarqiyyah”. Sedangkan pada tahun 1936 mengajar materi yang sama pada “Akademi Seni Rupa” sebagai pengajar tadzhib pada cabang seni zuhrufah, di mana materinya keluar dari kaidah seni klasik. Hal inilah yang menjadikan beliau menjadapat julukan “Altun Bazar” yang berarti Pemahat Emas.

Beliau jatuh sakit sejak tahun 1945 sehingga harus meninggalkan semua pekerjaannya, hingga meninggal pada tahun itu. Jasad beliau dimakamkan satu kompleks dengan makam bapaknya di Istanbul. Sedang batu nisan beliau ditulis oleh khattath Najmuddin Oqyay. Kepiawaian Ismail Hakki terlihat pada banyaknya karya yang ditinggalkan. Pada tsuluts jaly terlihat susunan huruf beliau yang sulit namun indah dan mudah dibaca. Selain itu, tulisan tughra’ dan diwany jaly pada faramanat yang beliau tulis ketika bekerja di “diwan hamayuni) menjadi bukti bahwa beliau benar-benar menguasai dan ahli dalam jenis khot tersebut. Di samping banyak lagi tulisan-tulisannya yang tersebar di masjid-masjid dan museum. karya-karya tersebut menunjukkan kesungguuhan beliau dalam menekuni kaligrafi, sungguh-sungguh mengabdikan hidupnya untuk seni ilahi ini.
Semoga kita semua bisa meneladaninya, amiin. [muhd noer/ hamidionline]

*İsmail Hakkı juga merupakan nama depan dari Sami Afandi, namun jika disebutkan nama Ismail Hakki saja, maka yang dimaksud adalah Ismail Hakki Altunbezer

Continue Reading

Kaligrafer – Muhammad Syafiq

Muhammad Syafiq lahir di Istanbul pada tahun 1235 H/ 1820 M. Pada awalnya beliau belajar tsuluts dan naskhi dari Ali Washfi Afandi, kemudian belajar kepada pamannya Kadiaskar Musthafa Izzat. Muhammad Syafiq dikenal sebagai khattath yang pandai dalam menulis dengan tarkib bertumpuk. Beliau menguasai diwani dan jaly diwani dengan baik.
Mempunyai gelar “Mu’allim husni al-khatt”.

Muhammad Syafiq mengajar murid-muridnya yang juga berhasil menjadi khattath yang mutqin. Di antaranya adalah al-khattath Ahmad Arif al-Falbawi, Hasan Ridha Afandi, dan Umar Faiq. Muhammad Syafiq meninggal di Istanbul pada tahun 1297 H/ 1880 M, dimakamkan di pemakaman Yahya Afandi daerah Besiktas.

Beberapa karya yang ditinggalkannya bisa ditemukan di Masjid Bursa, Turki, disamping juga mushaf kamil 30 juz dengan khat naskhi. Setiap juz dijilid dengan sangat bagus. Mushaf ini ditulis pada tahun 1286 H, kemudian diwakafkan ke Masjid Nabawi. Di samping itu juga banyak karya berbentuk lauhah, muraqqa’at maupun qitha’ yang darinya bisa kita simpulkan bahwa beliau mempunya huruf-huruf yang sangat kuat pada tulisannya.
Semoga kita semua bisa meneladani dan menjadi penerusnya. Amin. [muhd nur/ hamidionline] dari berbagai sumber.

Continue Reading

Kaligrafer – Kadiaskar Musthafa Izzat

musthafa izzat

Nama Musthafa Izzat kadang membingungkan bagi para kaligrafer. Karena memang terdapat setidaknya dua orang Musthafa Izzat yang dikenal. Tokoh kita ini adalah salah satunya. Beliau bergelar Kadiaskar (hakim agung ) di era kesultanan Turki Usmani. Sedangkan Musthafa Izzat yang satunya lagi berjuluk Yasarizade (putra Yasari), beliau adalah putra dari kaligrafer besar Muhammad As’ad al-Yasari, keduanya adalah tokoh pembaharu pada khot nasta’liq yang membidani lahirnya nasta’liq dan jaly ta’liq madrasah Turki.

Lahir dan Awal Mula Belajar Khat

Musthafa Izzat Kadiaskar lahir di sebuah daerah dekat laut hitam, pada tahun 1216 H/ 1801 M. Semasa kecil dikirim oleh keluarganya untuk belajar ke Istanbul, dimadrasah al-Fatih, setelah bapaknya, Dastan Agha Musthafa Zadah meninggal dunia. Semasa bertugas di Masjid Hidayah, daerah Bahjahkapi Istanbul, beliau dikenal mahir dalam membaca al-Qur’an dan menguasai ilmu qiraat. Karena keistimewaan tersebut, Sulthan Mahmud II (1808-1839) kemudian menugaskan beliau ke istana kesultanan, dan tinggal di sana selama 3 tahun. Selain di istana, beliau juga pernah belajar seni di Galata Sarayi selama kurang lebih 3 tahun.

Pada mulanya Musthafa Izzat belajar khot tsuluts dan naskhi kepada al-khattath Musthafa Washfi Afandi, lalu belajar nasta’liq dan jaly ta’liq kepada Musthafa Izzat Yasarizade. Beliau mendapatkan ijazah dari keduanya, dan mengambil julukan dari nama gurunya yang kedua “Izzat” dan menuliskannya ke dalam tauqi’nya. Konon, semasa gurunya Musthafa Izzat masih hidup, Kadiaskar membubuhkan tauqi’nya dengan nama terbalik “Izzat Musthafa”, sebagai adab guru kepada murid. Baru setelah sang guru meninggal, beliau kembali memakai nama Musthafa Izzat atau Izzat dalam karyanya.

Musthafa Izzat juga mahir dalam menggambar pemandangan, sehingga banyak membantunya dalam mengukur jarak antar huruf pada khot jaly ta’liq. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Musthafa Izzat meminta izin kepada Suthan untuk melaksanakan ibadah haji. Tetapi selesai haji beliau tidak langsung pulang ke Istanbul, akan tetapi ‘mampir’ dulu ke Kairo. Hal itu dikarenakan beliau bertekad untuk tidak lagi kembali ke Istana Kesultanan, dan berniat mengabdikan sisa umurnya untuk ibadah dan zuhud. Namun begitu, ternyata pihak kerajaan mengetahuinya dan kembali membawanya ke Istana, bahkan kemudian menduduki posisi penting dalam urusan keagamaan dan pengadilan (Kadiaskar), khususnya pada masa Sultan Abdul Majid (1839).

Al-Khattath Najmuddin Oqyay mengatakan bahwa Musthafa Izzat adalah seorang Imam dan Da’i pada masjid Eyup setidaknya selama 6 tahun. Khusus hari jum’at beliau pakai hari itu untuk menyiapkan khutbah dan untuk beribadah saja.

Musthafa Izzat merupakan khattath jenius dan pintar yang mempunyai hubungan sangat baik dengan keluarga kerajaan. Di samping karena kedudukan beliau di pemerintahan sebagai seorang Kadi (Hakim). Beliau meninggal dunia pada 1292 H/ 1879 M. Dimakamkan di kompleks pemakaman Topkhana Istanbul. Di antara murid-muridnya yang terkenal adalah Muhammad Syafiq, Muhsin Zadah, Abdullah az-Zuhdi, Qays Zadah Utsma, Muhammad Hilmi Afandi dan ‘Ilmi Afandi serta Hasan Ridha.

Musthafa Izzat telah menulis 11 mushaf, dan lebih dari 200 helyah syarifah, serta karya-karya (lauhah, qitha’) dan lain-lain dengan jumlah yang tidak terhitung. Salah satunya adalah tulisan bentuk bundar pada museum hagia Sophia (aya sofia), yang diameternya mencapai 8 meter, dan dianggap sebagai lauhah terbesar yang ada di dunia Islam. Tulisan tsulust jaly dan ta’liq jaly juga tersebar dibanyak tempat tidak hanya di Istanbul, tetapi juga di makam Muhammad Ali Pasha (Kairo), dan bahkan di Washington. Pernah menjabat sebagai Kadi Askar beberapa kali di beberapa tempat, kemudian sebagai Imam ke-II bagi Sultan Usmani lalu kemudian Imam Pertama. Semoga kita bisa meneladani sirah dari khattah yang agung ini…amiin

[muhd nur/hamidionline] dari berbagai sumber.

Continue Reading

Kaligrafer ‘Abdullah Az-Zuhdi

Abdullah az-Zuhdi berasal dari keturunan sahabat Rasulullah, Tamim ad-Dary. Beliau lahir di daerah Syam (Palestina), pada tahun 1252 H/ 1836 M. Sejak kecil ikut keluarganya hijrah dari tempat lahirnya ke Istanbul, ibukota kerajaan Turki Usmani ketika itu.

Abdullah az-Zuhdi mulai belajar khot pada Hafidz Rasyid Afandi al-Ayyubi, kemudian pindah kepada kiblatnya para khattath saat itu, Kadi Askar Mustafa Izzat Afandi hingga mendapatkan ijazah darinya. Setelah menyelesaikan belajar kepada Kadi Askar, beliau diangkat menjadi guru pada masjid Nur ‘Utsmani di Astana, Turki.

Tugas Mulia Dari Sang Sultan

Kaligrafer yang berbakat ini pernah beberapa kali ditugaskan oleh Sulthan Abdul Hamid untuk menulis ayat-ayat al-Qur’an di luar Turki. Di antaranya adalah menulis ma’tsurat dan sejenisnya pada dinding Masjid Nabawi. Karena itu, beliau pernah pergi ke hijaz dan menyelesaikan tugas dari Sulthan tersebut selama 3 tahun, menulis dinding Masjid Nabawi dengan Jaly Tsuluts. Tugas lain yang pernah beliau emban adalah mengajar khot di Mesir sebagai utusan dari Turki dan mendapatkan sambutan sangat baik dari Khedive Ismail.

di Kairo inilah beliau pernah memiliki satu murid terbaik yang tulisannya menghiasi beberapa tempat di kaito, ia adalah kaligrafer Muhammad Ja’far yang tulisannya ada di makam dalam Masjid Ar-Rifa’i.

Abdullah az-Zuhdi pernah diangkat sebagai guru khot pada Madrasah Khudiwiyah di Kairo, sebelum akhirnya ditugaskan untuk menulis beberapa ayat al-Qur’an dan Kiswah Ka’bah yang dikirim ke Makkah setiap tahunnya. Peninggalan beliau yang lain di kairo adalah tulisan pada sabil “Ummu Abbas” dan di dinding Masjid Ar-Rifa’i di daerah Qal’ah (Benteng) Shalahuddin al-Ayyubi, Kairo. Hingga sekarang tulisan tersebut masih bisa dilihat dan sebagai bukti kepiawaian beliau dalam menulis jaly tsulus.

Beliau wafat pada tahun 1296 H/ 1879 M, dimakamkan di daerah pemakaman Imam Syafi’i, Sayyidah ‘Aisyah, Kairo, termasuk kaligrafer paling menonjol sepanjang abad ke-19.Semoga Allah memberi kelapangan dan menempatkannya di Surga-Nya…amiin, Al-Faatihah..

[muhd nur/ hamidionline] dari berbagai sumber.

Continue Reading

Kaligrafer – Ismail Hakki Sami Afandi

sami afandi

Sami Afandi adalah salah satu kaligrafer besar yang pernah ada sepanjang sejarah seni kaligrafi. Beliau lahir di Istanbul tahun 1253 H/1837 M. Mulai belajar tsututs dan naskh dari salah satu guru di daerahnya yang bernama Busynaq Usman Affandi. Lalu melanjutkan belajar tsuluts jaly dari Raja`i Afandi murid dari Musthafa Raqim. Juga belajar diwani jaly dan diwani serta tughra’ dari Nasih Afandi, serta belajar ta’liq dari Kubriz Zadah Ismail Haqqi Afandi, murid dari Yasari Zadah, sedangkan ta’liq jaly beliau ambil dari Ali Haidar, murid yang juga dari Yasari Zadah. Selain itu, beliau juga menguasai khot Riq’ah yang beliau pelajari dari gurunya, Mumtaz Bik.

Beliau adalah kaligrafer yang mempunyai huruf sangat kuat hampir di seluruh cabang kaligrafi, terutama kaligrafi jenis besar (jaly). Karena kepiawaiannya, beliau termasuk kaligrafer yang produktif menghasilkan banyak karya. Selain karya yang banyak, beliau juga sangat detail pada bagian huruf dan susunannya, sehingga beberapa karya diselesaikannya dalam waktu yang sangat lama –hingga empat tahun-, karena ketelitian dan kesempurnaan hasilnya.

Gaya Penulisan Sami Afandi

Sami Afandi menulis dengan madrasah Muthafa Raqim pada tsuluts jaly, dan madrasah Yasari Zadah, putra Muhammad As’ad al-Yasari pada ta’liq jaly dan berhasil menguasainya dengan sempurna. Namun sejak tahun 1893, tulisan tsulust jaly beliau banyak diperngaruhi oleh madrasah Ismai’il Zuhdi. Jika anda berkunjung ke Istanbul, maka salah satu tulisan terbaik yang pernah ditulis oleh Sami Afandi bisa anda temuan pada ‘sabil’ dan tempat wudhu di Masjid Yeni, terdiri dari 12 baris. Di mana tulisan ini sampai sekarang menjadi rujukan para kaligrafer dalam khot tsuluts jaly.

Muhammad Syauqi Afandi, yang hidup sezaman dengan Sami mengatakan bahwa keindahan tulisan Sami Afandi tidak bisa diungguli.

Selain sebagai kaligrafer besar, Sami Afandi juga seorang guru yang berhasil dalam mengajarkan kaidah-kaidah kaligrafi. Tidak heran jika dari didikannya lahir murid-murid berdedikasi dan menjadi kaligrafer besar setelahnya. Seperti Muhammad Nadzif, Hasan Ridha Afandi, Ahmad Kamil Aqdik, Tughrakesy Ismail Haqqi, Hulushi Afandi, Aziz Afandi, Amin Afandi dan lain-lain. Tidak heran jika Sami Afandi juga diamanahi untuk mengajar kaligrafi pada “Diwan Hamayuni” dan “Madrasah Andarun”. Selain itu, beliau membuka pintu bagi yang ingin belajar kaligrafi ke rumahnya pada hari Selasa setiap minggunya, sebagai bentuk dari zakat ilmu beliau.

Banyak penulis dan peneliti kaligrafi menobatkan beliau sebagai kaligrafer terbesar yang pernah ada dalam sejarah kaligrafi Turki maupun dunia. Sami Afandi meninggal dunia pada tanggal 16 Rajab 1330/ 1 Juni 1912, dimakamkan di dekat Masjid Fatih – Istanbul. Semoga Allah senantiasa memberi rahmat kepadanya, dan menempatkannya di surga-Nya. Amin.

Continue Reading

Kaligrafer Umar Washfi Afandi

umar washfi

Umar Washfi adalah kakak kandung dari kaligrafer Muhammad Amin Afandi. Umar Washfi lahir pada tanggal 20 Jumadal Ula 1297 H/ 30 April 1880 M di daerah Topkhana, Istanbul. Bapak beliau bernama Ayub Shabri adalah seorang khatib pada masjid al-Burdah asy-Syarifah di daerah Fatih, Istanbul.

Kaligrafer kita ini mulai belajar khot sejak lulus pendidikan dasar kepada Juqur Jum’ah Qadri Afandi. Sambil menyelesaikan pendidikan tingginya, beliau belajar Sulus dan Ta’liq pada Syeikh Aziz Rifa’i.

Selain itu, Umar Washfi juga belajar Ta’liq jaly serta Tsuluts Jaly pada Haj Ahmad Kamil Aqdik, yang dikenal dengan Ra`is Khattathin (kepala para kaligrafer; karena paling banyak mengambil pengalaman dan berguru dari para kaligrafer sebelumnya). Sedangkan Sulus, Diwani, Diwani Jaly beliau ambil dari kaligrafer Sami Afandi.

Sepeninggal bapaknya, Umar Washfi menggantikan posisi sang ayah sebagai khatib pada masjid al-Burdah asy-Syarifah, padahal ketika itu usianya masih muda. Di waktu yang sama, beliau juga mengajar di beberapa madrasah.

Banyak menulis Khat Jaly, dan dikenal mempunyai tulisan paling mirip dengan sang guru, Sami Afandi, dibanding murid-murid Sami lainnya.

Umar Washfi juga dikenal sebagai kaligrafer yang mempunyai sifat humoris dan suka bercanda. Beliau meninggal dunia pada tanggal 12 Jumadal Akhirah 1347 H/ 25 November 1928 M, pada saat masa produktifnya dalam menghasilkan karya yaitu usia 48 tahun. Beliau dimakamkan di daerah Eyup Sultan, Istanbul.

Karya-karya Umar Washfi bisa ditemukan di dinding luar pada makam Sultan Muhammad Rasyad di daerah Eyup Sultan, Masjid Kısıklı di Uskudar, Madrasah Nuwab (Sekarang Perpustakaan di Istanbul University) juga di masjid al-Burdah asy-Syarifah, nisan-nisan kuburan dan di beberapa sabil. Semoga Allah menempatkan di sisi-Nya dan kita bisa meneladaninya…amin. [admin/ hamidionline dari berbagai sumber]

Continue Reading