Jenis Karya Kaligrafi 1 (Qith’ah)


Karya kaligrafi bisa disebut sebagai buah dari belajar dan latihan keras seorang kaligrafer. Karya kaligrafi identik  dengan sebuah tulisan yang sudah final dan dikerjakan dengan maksimal dalam waktu yang lama, sehingga menjadi sangat  berharga bagi kaligrafer bersangkutan. Bisa jadi merupakan hasil buah pikiran dalam menyusun huruf yang memakan waktu berbulan-bulan yang akhirnya ‘dianggap’ final.

Karya kaligrafi memang merupakan hasil yang dinikmati dan dengannya seorang kaligrafer diukur kemampuannya. Namun demikian, hendaknya seseorang tidak hanya melihat hasil saja, namun juga proses latihan dan waktu, serta faktor-faktor lainnya.

Dalam istilah kaligrafi, terdapat beberapa jenis karya. Pada era Usmani misalnya, terdapat berbagai macam penyebutan sebuah karya. Di antaranya adalah karya kaligrafi yang disebut dengan Qith’ah.

Apa itu Qith’ah?

Qith’ah merupakan salah satu karya kaligrafi yang yang umumnya berbentuk persegi panjang, dengan tulisan memanjang atau bisa juga meninggi. Qith’ah mengandung baris primer dan beberapa baris sekunder yang berurutan dari atas ke bawah.

Tulisan yang ada dalam Qith’ah biasanya terdiri dari dua jenis khot. Baris Primer (paling atas) berisi naskah yang ditulis dengan khot tertentu (biasanya khot tsuluts atau muhaqqad) kemudian berikutnya baris kedua (sekunder) biasanya terdiri dari beberapa baris (antara dua sampai tiga, atau delapan sampai sepuluh), berisi naskah yang ditulis dengan jenis khot lainnya (biasanya naskhi).

Setelah baris sekunder yang terdiri dari beberapa baris ini, terdapat baris baru lagi, yang biasanya naskah yang terdapat di baris ini, ditulis dengan jenis khot yang sama dengan baris pertama. Pada sisi kiri dan kanan naskah pada baris sekunder (yang berbeda jenis khot serta mata pena tadi) biasanya terdapat ruang kosong yang diisi dengan zahrafah atau hiasan.

Karya kaligrafi dalam bentuk Qith’ah ini telah lama dikenal dan dipakai oleh para kaligrafer era Usmani. Setidaknya terdapat tiga jenis pasangan jenis khot yang dipakai pada Qith’ah saat itu. Yaitu suluts-nakshi, muhaqqaq-rayhan, dan tauqi’-riqa’.

Namun demikian, Qith’ah juga bisa ditulis dengan jenis khot lain semisal ta’liq atau nasta’liq. Meskipun, dalam penerapannya dalam nasta’liq sedikit berbeda. Karena naskah tulisan biasanya berbentuk bait syi’ir dalam empat atau enam baris.

Dari sisi sejarah, karya kaligrafi bentuk Qith’ah ini juga telah dikenal oleh para kaligrafer era Abbasiyah di Baghdad; di mana saat itu para kaligrafer juga telah banyak menulisnya. Hanya saja, penyebutannya berbeda, bukan Qith’ah melaina Ruq’ah. Dan hingga saat ini, bentuk Qit’ah ini masih umum dipakai oleh para kaligrafer dalam mengekspresikan seni handasah ruhaniyahnya. [muhd nur/ hamidionline]

*Disarikan dari buku al-Madrasah al-‘Utsmaniyyah lifannil Khattahil ‘Arabi, Dr. Idham Muhammad Hanas, Maktabah Imam Bukhari, Kairo, 2012, h. 176

Beberapa contoh qith’ah karya para kaligrafer besar dunia. Di antaranya adalah Syekh Hamdullah al-Amasi, Hafidz Usman, Kadiaskar Musthafa Izzat, Muhammad Syauqi, al-Hajj Ahmad Kamil, dan Musthafa Halim.

Sumber foto karya Syekh Hamdullah al-Amasi: www.ward2u.com dan www.mobda3.net