Jadi Anda sedang belajar khot? Tentu saja pertanyaan tersebut tidak bermaksud mencari jawaban. Karena hakekatnya manusia hidup tidak berhenti untuk belajar. Karena itu nasehat di bawah ini tidak sebatas untuk mereka yang sedang belajar, tetapi untuk siapa saja yang sedang menekuni khot, atau yang mungkin sudah menjadi master sekalipun. Supaya tidak lupa arah, perlu kiranya mengetahui beberapa kesalahan yang sering terjadi tanpa kita sadari. Supaya terhindar dari kesalahan tersebut, mari sama-sama kita simak:
Pertama, kurang perhatian terhadap kebersihan dan kerapihan alat-alat yang dipakai. Dalam riwayat masyhur dikatakan bahwa tulisan yang baik berasal dari lima sumber; kekuatan tangan, pena yang bagus, kertas yang berkualitas, tinta yang mengkilap, dan menahan nafas ketika menulis.
Kedua, tergesa-gesa dalam menulis kalimat padahal belum menguasai mufrad dan sambungan huruf.
Ketiga, meniru tulisan para master atau kaligrafer besar, dan berusaha menulis semirip mungkin hingga kepada detail huruf, seolah olah sedang copy paste, tanpa tau rahasia di balik yang dia tiru.
Keempat, belajar dari amsyaq (buku khot) dengan sembarangan, seperti orang yang asal bicara, tidak bisa membedakan mana yang penting dan tidak penting. Demikian pula ketika melihat tulisan, tidak bisa membedakan mana tulisan kuat yang bisa ditiru dan mana tulisan biasa yang tidak perlu ditiru.
Kelima, terlalu bersandar kepada kemampuan sendiri (self study) sehingga meyakini kalau mampu mencapai level expert tanpa perlu guru yang akan membukakan baginya rahasia-rahasia huruf.
Keenam, hilangnya optimisme dan kurang percaya diri atas kemampuan dan bakat yang diberikan oleh Allah kepadanya. Sehingga mengira bahwa dirinya tidak akan mampu mencapai apa yang dicapai oleh kaligrafer besar. Karena mungkin lupa, bahwa kaligrafer besar dulunya juga seorang murid dan pemula dalam khot.
Ketujuh, takjub dengan diri sendiri, serta rasa percaya diri yang berlebihan. Sehingga tidak sadar punya rasa takabbur dan lebih dari gurunya yang telah mengajarinya. Bahkan merasa dirinya satu-satunya kaligrafer berbakat, sementara yang lain ada di bawah levelnya.
Kedelapan, lebih loyal dan suka kepada orang yang memuji tulisannya, daripada orang yang mengkritik. Tidak suka diberi masukan atau diberi saran. Bahkan marah dan menunjukkan rasa tidak suka jika ada orang yang lebih tahu, berusaha memberi kritik. Sehingga menolak nasehat karena rasa sombong dan tertipu oleh diri sendiri.
Kesembilan, terlalu fokus kepada satu jenis khot dalam menulis dan mengoreksi, sehingga kurang menguasai jenis khot lainnya.
Kesepuluh, kurang menghargai khot dengan menulis kalimat remeh atau kurang pantas. Seolah-olah khot adalah sarana bermain-main dan hiburan semata.
Kesebelas, tidak belajar khot dengan serius dan berhenti dari menulis dalam waktu beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan. Dan pura-pura tidak tau, bahwa barangsiapa yang meninggalkan khot, maka khot akan meninggalkannya.
Keduabelas, menyembunyikan ilmu dari kawan dan sahabatnya. Serta iri kepada orang lain yang diberi bakat lebih, dan memandang rendah mereka yang ada di level bawahnya. (muhdnur/hamidionline.net)
Disarikan dengan beberapa penyesuaian dari tulisan Al-Ustdz Zaki Al-Hasyimi, oleh Muhammad Nur.