Pada pertengahan tahun 1730, Mahmud Agha, seorang pegawai Mahkamah Agama di Anatolia, Istanbul dikarunia seorang putra. Namun putra yang dinanti tersebut lahir dalam kondisi yang memprihatinkan. Separuh badannya bagian kanan lumpuh. Putra yang kemudian dia beri nama Muhammad tersebut ketika menginjak dewasa mempunyai keingin untuk belajar kaligrafi.