Mengenal Istilah Kaligrafi; Kurrasah atau Amsyaq?

amsyaq hamidionline

Teman teman kalau belajar kaligrafi dengan Manhaj Hamidi, tentunya tidak terlepas dari seorang guru dan buku. Karena memang keduanya merupakan komponen dasar sebagai motor penggerak. Buku bagaikan peta, sedangkan guru adalah pemandunya, dengan peta dan pemandu, niscaya tidak akan tersesat. Artinya dengan guru dan buku, diharapkan belajar kaligrafi dapat ditempuh dan terselesaiakan dengan sukses.

Ok, kembali ke tema awal, biasanya buku tersebut biasa dikenal dengan istilah kurrasah. Bener kan? Kira-kira ada yang pernah berfikir nggak? Sebenarnya kurrasah itu apa sih?

Baiklah, disini saya akan sedikit berbagi, apa yang saya tahu, dan apa yang saya pelajari dari Ust. Muhammad Nur kemaren pada saat Musabaqah Khat Riq’ah di IQMA UIN Surabaya. Hitung-hitung jadi oleh-oleh buat teman teman dimanapun berada… hehehe…

Baiklah, sebelum masuk pada pembahasan lebih dalam, coba kita inget-inget lagi, kira kira kurrasah milik siapa saja yang digunakan dalam mempelajari khat dengan manhaj hamidi? Hayoo…. inget inget dulu.

Kalau temen-temen yang masih pada pelajaran Riq’ah, tentunya sudah tidak asing lagi dengan sebutan kurrasah Ustadz Yusuf Dzannun, iya kan?? Kalau ditanya, sampai mana pelajarannya? Masih di Riq’ah Dzannun. Itu sama artinya bahwa khat yang dipelajari masih menggunakan Kurrasah milik Ustadz Yusuf Dzannun, sama halnya ketika sudah pada Riq’ah Izzat, berarti kurasah milik Muhammad Izzat-lah yang digunakan sebagai pedoman. Dimana kedua kurrasah ini menjadi dasar pegangan pada jenis khat Riq’ah pada pembelajaran kaligrafi bermanhaj Hamidi.

Sama halnya ketika pada pelajaran diwani, kedua kurrasah ini masih sebagai pegangan, namun yang sedikit berbeda adalah jilidnya, dimana kurrasah diwani Izzat, ada dua jilid dari kurrasah izzat yang harus ditempuh agar selesai pada proses pembelajaran. Hingga jika digabungkan ada 3 kurrasah yang harus terselesaikan misinya. Mantab jiwa… hehehe

Kemudian, pada khat jaly diwani, kurrasah milik Ustadz Mushtafa Halim yang digunakan sebagai panduan. Adapun pada jenis nasta’liq ada 3 kurrasah, yaitu: kurrasah milik Hulushi Afandi, Sami afandi dan Yasari Zadah Musthafa Izzat. Kalau keterangan dari Ust. Feri Budiantoro bahwa kurrasah milik Hulushi Afandi adalah sebagai dasar, sedangkan dua lainnya untuk jaly (dengan ukuran mata pena yang lebih besar) dan sebagai pendalaman. Pada jenis Naskhi dan Sulust kurrasah yang menjadi acuan adalah milik Muhammad Syauqi.

Sementara itu dulu ya, sekarang kita masuk pada inti pembahasan. Sepertinya sudah pada penasaran nih sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan kurrasah? Iya kan iya kan… hehehe.

Oke deh, bersama ust. Muhammad Nur kemaren sempat sedikit membahas tentang makna istilah kurrasah. Dengan salah satu kitab yang berjudul Al-Lauhat al-Khattiyah fi Fan al-Khat al-Islamy karangan Kaligrafer Aljazair, murid Hamid Aytac, Muhammad Said Syarify. Buku terbitan Dar Ibn Katsir dan Dar al-Qadiry- Beirut ini ini dibawa oleh mas Mujib sebagai buah tangan dari Aljazair kemaren, hehehe yee.. Alhamdulillah.

Di dalam kitab itu disebutkan bahwa istilah kurrasah memiliki kesamaan arti dengan istilah masyq, bentuk jama’nya adalah amsyaq. Sedangkan pengertian masyq sendiri merupakan tulisan yang khusus ditulis oleh guru yang dimaksudkan sebagai buku panduan bagi para muridnya.

Maka jika kita perhatikan lebih dalam, kita akan menemukan istilah amsyaq Muhammad Syauqi yang tertera pada kurrasah suluts dan naskh, amsyaq muhammad izzat fi al-qir’ah, diwani dst. Lebih jelasnya akan diberikan salah satu contoh pada gambar yang tertera dibawah ini. Hal ini menunjukkan bahwa goresan-goresan yang ditulis oleh guru tersebut memang digunakan sebagai buku panduan bagi murid-muridnya. Agar keilmuan nya dapat tersampaikan dengan baik, tentunya dibutuhkan seorang guru sebagai penyambung tali keilmuanya.

Maka, sungguh amatlah bersyukur, kita disini diberikan kesempatan untuk belajar khat dengan Manhaj Hamidi sebagai salah satu disiplin keilmuan kaligrafi berbasis sanad. Sangat disayangkan sekali jika kesempatan ini hanya terlewatkan begitu saja. Oleh sebab itu, yuk kita sama sama semangat belajar kaligrafi dengan baik dan benar. Mudah-mudahan ada manfaatnya, aamiin. Sekian dari saya. Selamat berjuang kawan.

Salam ta’dzim.
Ahmad Yasir Amrullah.