Isi Liburan, Gontor Adakan Lomba Khot Antar Santri

Jum’at (21/11) berlangsung pembagian hadiah dan penganugerahan pemenang Musabaqah Kaligrafi Darussalam (MKD), di Pondok Modern Darussalam Gontor. Lomba ini merupakan kali pertama diadakan oleh Markaz Khot Darussalam, dalam rangka mengisi kegiatan liburan extraordinary santri, di mana liburan tahun ini diadakan di dalam kampus saja alias tidak ada perpulangan.

Liburan awal tahun selama 10 hari dimanfaatkan oleh peserta untuk menyiapkan karya pada khot riq’ah, diwani dan kitabah i’tiyadiyah. Total peserta sebanyak 50 santri dari Gontor kampus pusat dan Gontor kampus dua. Selama kurang lebih satu minggu, para santri mengikuti proses tashih tulisan, menyiapkan susunan kalimat dan memperbaiki huruf di bawah bimbingan para guru yang juga tidak pulang selama liburan.

Pengumuman pemenang secara resmi dilaksanakan di masjid jami’ selepas maghrib, sehari sebelum acara pembagian hadiah. Terlihat antusias dan minat santri yang besar untuk belajar kaligrafi, dilihat dari pemenang lomba yang berasal dari hampir semua kelas. Keceriaan dan suasana kekeluargaan tampak jelas pagi itu, saat pemberian hadiah dan penganugerahan para pemenang yang dihadiri oleh bapak wakil direktu KMI, al-Ustadz H. Farid Sulistyo, Lc.

Dalam sambutannya beliau berpesan untuk selalu bangga dan bersyukur menjadi bagian dari sedikit orang yang belajar dan melestarikan seni kaligrafi. Sementara itu, koordinator pelaksana lomba, al-Ustadz Jalaluddin, S.H. berharap tahun depan bisa kembali dilaksanakan lomba serupa dengan persiapan lebih baik dan dalam skala lebih luas, sehingga bisa diikuti oleh para santri kampus Gontor lainnya. Di akhir acara, al-Ustadz Ainul Yakin, S. I. Kom, salah satu juri menyampaikan bahwa selain mengisi liburan dengan hal-hal positif, lomba ini juga menunjukkan bahwa potensi santri banyak yang muncul setelah diberi kesempatan yang cukup untuk berkarya. Hal itu membuat optimis, bahwa kaligrafi di Indonesia akan maju di masa mendatang, demikian pungkasnya. [muhammad nur/hamidionline]

Continue Reading

Perhatikan Ini Sebelum Memutuskan Untuk Belajar Khot

Belajar khot memang menarik, terutama bagi pemerhati seni Islam. Salah tujuannya adalah menghidupkan dan menjaga seni yang telah berkembang seumur dengan peradaban Islam ini. Keinginan untuk menjadi pewaris para kuttab wahyi (penulis wahyu) biasanya menjadi pemicu semangat belajar. Namun tidak sedikit mereka yang belajar menemukan kendala di tengah jalan, lalu berhenti bahkan meninggalkan khot yang dulu ingin di dalaminya. Untuk menjaga semangat dan tetap berada di track yang benar, perlu kiranya memperhatikan nasehat berikut ini.

Masuklah Dari Pintu Yang Benar
Janganlah kamu memasuki dunia khot dengan pandangan yang meremehkan dan menganggapnya enteng, sehingga mungkin semangatmu mudah menurun di tengah jalan, ketika menemukan kenyataan yang berbeda. Tetapi masuklah dunia khot dengan semangat tinggi, dan tanamkan pada dirimu bahwa khot adalah ilmu yang luas dan dalam, sehingga memerlukan kesungguhan dan keseriusan. Karena hanya dengan semangat yang tinggi, orang bisa menganggap ringan setiap tantangan di jalan yang dilaluinya, sehingga berhasil mencapai cita-cita yang diinginkannya.

Sesungguhnya Ilmu Itu Dengan Belajar
Karena itu bisa dikatakan mustahil, kamu dapatkan ilmu hanya dengan banyak bicara. Baik itu memuji-muji tulisan orang ataupun juga mengkritik dan mencari kekurangannya. Ilmu memerlukan seni dalam mencarinya, serta kesungguhan dalam mengambilnya. Karena itu hendaknya kamu tidak sibuk dengan hal-hal yang remeh temeh. Karena niatmu yang benar dan baik dalam mencari ilmu ini, akan berbanding lurus dengan terbukanya pintu-pintu rahasia khot di depanmu dengan lebar, sebagai wujud dari pemberian Allah atas kesungguhanmu.

Tangan Adalah Alat Yang Tidak Bisa Berpikir
Karenanya, jika kamu ingin menguasai khot, maka belajarlah dengan menggunakan akalmu untuk berpikir serta memahami teori, baru berlatih dan menguasainya dengan wasilah mata. Jika kamu bisa menggunakan mata dengan jeli dan maksimal dalam melihat kaidah dan contoh huruf-huruf, maka kamu akan sangat terbantu untuk menguasai khot dalam waktu yang singkat. Namun sebaliknya, jika pun kamu rajin menghabiskan waktunya untuk menulis, namun tanpa melihat, menimbang, dan berpikir terlebih dahulu, maka kamu akan lama untuk sampai kepada pemahaman dan keindahan tulisan yang diinginkan.

Jangan Kamu Pecah Konsentrasimu!
Untuk bisa fokus, maka perlu konsentrasi pada satu masalah saja. Akan sangat melelahkan jika konsentrasimu terbagi untuk beberapa pekerjaan sekaligus. Jika pun bisa, maka pekerjaan itu akan mendapatkan sedikit bagian dari konsentrasimu, sehingga hasilnya pun kurang maksimal, dan biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Dampaknya, bisa membuat orang menjadi putus asa, apalagi jika semangatnya kurang dan kemauannya lemah.

Orang sukses adalah mereka yang mampu konsentrasi untuk memulai satu pekerjaan, kemudian menyelesaikannya dengan maksimal, lalu pindah kepada pekerjaan lain, dengan memanfaatkan apa yang sudah dicapai sebelumnya, untuk mencapai tujuan berikutnya. Di sinilah letak efektifnya belajar dari satu jenis khot, lalu pindah kepada khot lain secara bertahap, sebagaimana yang diterapkan pada Manhaj Hamidi.

Jangan Merasa Dirimu Telah Maju, Padahal Kamu Tahu Kapasitasmu!
Pada hakekatnya, seseorang itu lebih tau tentang dirinya daripada orang lain. Karenanya, tidak mungkin dia akan menipu dirinya sendiri. Contohnya adalah dengan menyembunyikan kekurangannya dengan mencari solusi yang bersifat temporal dan lebih bersifat menghiburmu semata. Seperti menulis huruf, kalimat atau karya dengan warna-warni, isyarat-isyarat titik atau lainnya, sehingga terlihat indah dan menawan. Atau karena seseorang tidak mampu menulis naskah panjang, maka memilih naskah yang pendek untuk dijadikan karya, agar terlihat lebih maksimal dalam mengerjakannya.

Atau juga dengan berpindah kepada guru lain, karena merasa gurunya tidak cocok, terlalu syadid (ketat) dalam mengoreksi hurufnya sehingga dia merasa lama, akhirnya dia pun tidak pernah bisa menyelesaikan pelajaran karena ketidak sabaran tersebut. Karena hakekatnya bukan gurunya yang syadid, tetapi dia belum bisa menulis seperti yang selayaknya. Dan banyak kasus lain yang bersumber dari kelemahan dirinya, tetapi ditutupi dengan ketidak jujuran dan merasa sudah mendapatkan solusi. Padahal kekurangan tadi masih melekat dan belum berhasil diatasinya. [muhd nur/hamidionline]

Sumber: Dari tulisan Ustadz Zaki al-Hasyimi, diterjemahkan dengan bebas oleh Muhammad Nur.

Continue Reading

Belajar Khot? Perhatikan Nasehat Berikut Ini!

Jadi Anda sedang belajar khot? Tentu saja pertanyaan tersebut tidak bermaksud mencari jawaban. Karena hakekatnya manusia hidup tidak berhenti untuk belajar. Karena itu nasehat di bawah ini tidak sebatas untuk mereka yang sedang belajar, tetapi untuk siapa saja yang sedang menekuni khot, atau yang mungkin sudah menjadi master sekalipun. Supaya tidak lupa arah, perlu kiranya mengetahui beberapa kesalahan yang sering terjadi tanpa kita sadari. Supaya terhindar dari kesalahan tersebut, mari sama-sama kita simak:

Pertama, kurang perhatian terhadap kebersihan dan kerapihan alat-alat yang dipakai. Dalam riwayat masyhur dikatakan bahwa tulisan yang baik berasal dari lima sumber; kekuatan tangan, pena yang bagus, kertas yang berkualitas, tinta yang mengkilap, dan menahan nafas ketika menulis.

Kedua, tergesa-gesa dalam menulis kalimat padahal belum menguasai mufrad dan sambungan huruf.

Ketiga, meniru tulisan para master atau kaligrafer besar, dan berusaha menulis semirip mungkin hingga kepada detail huruf, seolah olah sedang copy paste, tanpa tau rahasia di balik yang dia tiru.

Keempat, belajar dari amsyaq (buku khot) dengan sembarangan, seperti orang yang asal bicara, tidak bisa membedakan mana yang penting dan tidak penting. Demikian pula ketika melihat tulisan, tidak bisa membedakan mana tulisan kuat yang bisa ditiru dan mana tulisan biasa yang tidak perlu ditiru.

Kelima, terlalu bersandar kepada kemampuan sendiri (self study) sehingga meyakini kalau mampu mencapai level expert tanpa perlu guru yang akan membukakan baginya rahasia-rahasia huruf.

Keenam, hilangnya optimisme dan kurang percaya diri atas kemampuan dan bakat yang diberikan oleh Allah kepadanya. Sehingga mengira bahwa dirinya tidak akan mampu mencapai apa yang dicapai oleh kaligrafer besar. Karena mungkin lupa, bahwa kaligrafer besar dulunya juga seorang murid dan pemula dalam khot.

Ketujuh, takjub dengan diri sendiri, serta rasa percaya diri yang berlebihan. Sehingga tidak sadar punya rasa takabbur dan lebih dari gurunya yang telah mengajarinya. Bahkan merasa dirinya satu-satunya kaligrafer berbakat, sementara yang lain ada di bawah levelnya.

Kedelapan, lebih loyal dan suka kepada orang yang memuji tulisannya, daripada orang yang mengkritik. Tidak suka diberi masukan atau diberi saran. Bahkan marah dan menunjukkan rasa tidak suka jika ada orang yang lebih tahu, berusaha memberi kritik. Sehingga menolak nasehat karena rasa sombong dan tertipu oleh diri sendiri.

Kesembilan, terlalu fokus kepada satu jenis khot dalam menulis dan mengoreksi, sehingga kurang menguasai jenis khot lainnya.

Kesepuluh, kurang menghargai khot dengan menulis kalimat remeh atau kurang pantas. Seolah-olah khot adalah sarana bermain-main dan hiburan semata.

Kesebelas, tidak belajar khot dengan serius dan berhenti dari menulis dalam waktu beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan. Dan pura-pura tidak tau, bahwa barangsiapa yang meninggalkan khot, maka khot akan meninggalkannya.

Keduabelas, menyembunyikan ilmu dari kawan dan sahabatnya. Serta iri kepada orang lain yang diberi bakat lebih, dan memandang rendah mereka yang ada di level bawahnya. (muhdnur/hamidionline.net)

Disarikan dengan beberapa penyesuaian dari tulisan Al-Ustdz Zaki Al-Hasyimi, oleh Muhammad Nur.

Continue Reading

Penganugerahan Pemenang 1st National Calligraphy Competition (NCC) for girl 2019 dan Seminar Kaligrafi

UNIDA Mantingan- Gedung pasca sarjana menjadi saksi sejarah dari penutupan 1st National Calligraphy Competition (NCC), sekaligus penganugerahan bagi para pemenang yang dimulai tepat pada pukul 08.00 pagi hari Jum’at (20/12) yang lalu. Acara ini diselenggarakan dalam rangka memberikan motivasi kepada para kaligrafer putri agar mampu mengembangkan bakat dan kreatifitasnya dalam mengembankan dan melestarikan kaligrafi. Hadir pada acara ini, Al-Ustadz Dr. Nurhadi Ikhsan MIRKH., selaku bapak direktur UNIDA kampus Mantingan. Dalam sambutannya, beliau memberikan apresiasi kepada panitia dan seluruh peserta, karena acara ini merupakan salah satu sumbangsih nyata yang bisa dilakukan oleh generasi muda saat ini, untuk ikut berperan dan bersinergi, khususnya pada bidang seni sebagai salah satu unsur penting dalam membangun peradaban Islam.

Perlombaan Kaligrafi Nasional pertama khusus putri ini memiliki penilain yang sangat ketat karena poin penilaian dititik beratkan pada keindaan tulisan, kebersihan, serta ketundukan huruf pada kaidah kaligrafi riq’ah dan diwani madrasah Turki (Muhammad Izat). Keluar sebagai pemenang pada riq’ah masing-masing, juara satu adalah Nihan Hanina asal Rembang yang saat ini sedang mendalami kaligrafi di SAKAL Jombang, juara dua Jusmidar dari Poso, saat ini sedang mengabdi sebagai guru di Gontor Putri 1 Mantingan, sedang juara ketiga adalah Nur Diana Khalida dari Jember, pegiat kaligrafi di ICIS. Sementara untuk kategori diwani juara satu adalah Fitri Dewi Masyitoh dari Tuban, saat ini sedang studi di Malang, pada urutan kedua Desi Rohmawati dari Palembeng yang sedang menyiapkan ijazah keduanya di SAKAL Jombang, sementara juara ketiga adalah Niza Nurlaila dari Pati, mahasiswi yang sedang menyelesaikan tesisnya pada prodi PBA, Pascasarjana Unida Gontor.

Usai pembagian hadiah, acara dilanjutkan dengan talkshow dan sharing oleh pemenang pertama pada kedua jenis khot yang dilombakan. Sesi ini menjadi mengesankan karena pengalaman para juara yang cukup beragam. Terlebih peserta yang kesemuanya adalah putri tentu paham betul apa yang disampaikan oleh para juara, karena kedekatan emosi mereka.

Akhir acara diisi oleh seminar, dibawakan oleh al-Ustadz Muhammad Nur dengan tema Reposisi Peradaban Islam Melalui Seni Kaligrafi. Secara singkat, pemateri ingin mengajak kepada segenap yang hadir untuk kembali melihat peran penting yang bisa dimainkan oleh seorang kaligrafer dalam berperan aktif mengembalikan kejayaan peradaban Islam. Kejayaan Islam yang dibangun di atas ilmu, mengharuskan kita untuk melihat kembali cara pandang kita terhadap Islam dan ilmu, termasuk ilmu seni, khususnya seni kaligrafi.

Acara yang berlangsung tepat pukul 11.30 ini mendapatkan sambutan yang cukup antusias dari para peserta. Farhanah, salah satu peserta dari Rembang, mengungkapkan kesan positifnya selama mengikuti acara ini. Acara ini penting untuk diadakan, semoga bisa lebih sukses pada penyelenggaraan berikutnya, demikian tambahnya. Sementara itu, Finia Khairani, ketua penyelenggara berharap acara serupa bisa terus diadakan di waktu mendatang, dengan melengkapi kekurangan yang ada. Sehingga tidak hanya menjadi wadah bagi kaligrafer putri untuk mengembangkan dirinya, tetapi juga sebagai wadah untuk belajar menyelenggarakan sebuah even kaligrafi sehingga semakin terasah dan mendatangkan pengalaman. Demikian pungkasnya.

Reporter: Magfiroh Turrofiah- Jurnalis Unida (PBA-6) Reguler Kampus Mantingan
Editor: Muhammad Nur

Continue Reading

Pengumuman Lomba 1st National Calligraphy Competition (NCC) 2019

Lomba yang diinisiasi oleh Unida Gontor kampus Mantingan telah menghasilkan nama-nama yang keluar sebagai juara. Setelah sempat tertunda karena proses penjurian yang cukup ketat dan lama, akhirnya hari ini pengumuman telah dirilis resmi melalui akun instagram resmi markaz khot unida putri.

Lomba kaligrafi tingkat nasional yang pertama kali dikhususkan bagi para kaligrafer putri ini, diikuti oleh 42 kaligrafer putri dengan 42 karya. Dengan perincian 31 karya pada khot riq’ah dan 11 karya pada khot diwani. Maimanah Adilah, ketua panitia mengkonfirmasi bahwa karya yang masuk sebagian besar telah memenuhi persyaratan lomba dari segi kertas, tinta, mata pena serta standar kaidah penulisan sebagaimana tertera pada juklak perlombaan. Meskipun ada satu karya yang belum memenuhi kriteria jenis kertas, tinta, serta khot yang telah ditentukan, namun panitia mengapresiasi dan mengucapkan terimakasih atas partisipasi semua peserta.

Karya yang masuk juga mencerminkan tingkat penguasaan kaidah khot yang cukup baik dari para peserta lomba. Ustadz Belaid Hamidi selaku juri konsultan mengungkapkan kegembiraan serta apresiasi beliau atas tingginya kualitas karya yang masuk. Beliau yakin bahwa kaligrafer putri Indonesia tidak stagnan bahkan cenderung meningkat dan bisa bersaing dalam lomba-lomba pada skala lebih besar, dimulai dari persaingan pada lomba tingkat nasional semacam ini.

Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa karya yang masuk rata-rata memiliki kekurangan masing-masing, meskipun berbeda-beda tingkat kekurangan tersebut. Karena itu, Ustadz Muhammad Ja’far Shodiq, salah satu dewan juri menjelaskan bahwa penilaian pada lomba kali ini lebih ditekankan pada aspek kaidah, kreatifitas, kebaruan dan juga finishing karya (tartisy). Meskipun begitu, segi kebenaran penulisan (imla’) tetap dinilai tetapi bukan tolak ukur utama. Karena itu, jika terdapat kesalahan imla’i pada karya juara yang ada, harap dimaklumi.

Lebih lanjut, khot diwani pada dasarnya merupakan jenis khot yang ditulis pada diwan hamayuni. Prof Ali Alparsalan, pakar kaligrafi dan guru besar di Universitas Marmara, pernah menyampaikan bahwa khot diwani ditulis oleh lebih dari 70 orang di diwan hamayuni. Karena itu, selain kaidah diwani usmani pada buku Muhammad Izzat, masih terdapat banyak variasi dan kaidah yang itu semua bisa menjadi rujukan bagi para kaligrafer untuk terus mengeksplorasinya tanpa keluar dari batas-batas umum khot diwani itu sendiri. Dan lomba kaligrafi semacam ini merupakan salah satu stimulan bagi kaligrafer untuk terus mengeksplorasi keindahan dan kelenturan khot diwani pada khazanah seni kaligrafi yang luas.

Akhirnya, kami ucapkan selamat kepada para pemenang 1st National Calligraphy Competition (NCC) 2019, dan sukses selalu kepada semua peserta. Semoga lomba ini menjadi batu loncatan untuk tetap semangat dan istiqomah dalam belajar dan mengajarkan seni luhur ini.  Sukses selalu bagi kaligrafer putri indonesia, semoga selalu berprestasi. Amin.

Pemenang Kategori Diwani

  1. Fitria Dewi M, Malang
  2. Desi Rohmawati, Jombang
  3. Riza Nurlaila, Mantingan

Pemenang Ketegori Riq’ah

  1. Nihan Hanina , Jombang
  2. Jusmidar , Mantingan
  3. Nur Diana Khalidah , Jember
Continue Reading

Hidupkan Spirit Muhaakaat, UNHASY-Jombang Adakan Lomba Meniru Karya Master

Meniru karya (muhaakaat) dalam belajar khot merupakan sebuah keniscayaan. Meniru juga bukan sebuah aib dalam belajar khot, karena ia merupakan tahap awal dalam belajar khot, bahkan para kaligrafer juga banyak yang meniru karya pendahulunya.

Ustadz Hamidi Aytac misalnya, meniru karya Mustafa Raqim dan beberapa karya gurunya, Muhammad Nadzif. Meniru karya kaligrafer besar juga seringkali menjadi tugas bagi seorang khattath mendapatkan ijazah dari sang guru.

Begitu pentingnya meniru karya, hingga tidak heran jika kemudian diadakan lomba meniru karya master. Pada lomba kaligrafi internasional pertama yang diadakan oleh IRCICA, 1986 atas nama Hamid Aytac, terdapat cabang meniru karya sang maestro, dan keluar sebagai pemenang saat itu Al-Ustadz Dawud Bektasy.

Sejalan dengan spirit yang dihembuskan oleh IRCICA lebih dari 30 tahun yang lalu, UNHASY-Jombang mengadakan lomba kaligrafi dengan meniru karya master pada khot riqah, yaitu karya kaligrafer Muhammad Izzat, terbuka bagi kaligrafer di Jawa Timur.

Lomba dengan cara mengirimkan karya ini menuntut para pesertanya untuk meniru karya dengan akurasi tinggi. Dengan tinta hitam serta media kertas muqohhar atau kertas lain selain putih. Anda tinggal di Jawa Timur dan tertarik untuk mengikuti tantangan ini? Panitia menunggu anda hingga 20 November ini. Segera daftarkan diri Anda dan download juklak serta ketentuan lomba pada link berikut.

Continue Reading

Unida Gontor Adakan Lomba Kaligrafi Khusus Putri

Belum sepi hiruk pikuk lomba di Malaysia, di tanah air kembali digulirkan beberapa lomba kaligrafi. Salah satunya bertaraf nasional dan menyasar kaligrafer putri. Secara bentuk dan prosedur pelaksanaan lomba, beberapa Perguruan Tinggi di Jawa Timur khususnya sudah lebih dulu memulai. Namun kali ini yang berbeda karena lomba ini khusus untuk putri saja!

Adalah markas khot “Tinta Emas”, salah satu unit kegiatan mahasiswi di Unida Gontor kampus Mantingan, kampus khusus mahasiswi yang terpanggil untuk berpartisipasi dalam memberdayakan kaligrafer putri. Markaz khot yang berdiri tahun 2018 lalu dan dibuka resmi oleh Al-Ustadz Belaid Hamidi tersebut bergerak di bidang seni Islam khususnya seni kaligrafi dan seni ebru.

Karena posisinya yang strategis dalam berperan serta melahirkan para kaligrafer putri handal di tanah air, maka lahirlah ide penyelenggaraan lomba kaligrafi dalam skala nasional berupa “1st National Calligraphy Competition (NCC) For Girl” 2019.

NCC diadakan dalam rangka menciptakan iklim kompetisi yang sehat antar kaligrafer putri Indonesia, serta turut mendukung dan melengkapi lomba serupa yang telah diadakan oleh Uinsa Surabaya (MKQ) serta UIN Maliki Malang (MKD), serta lomba kaligrafi yang telah diadakan di beberapa universitas dan lembaga lainnya.

Dengan sasaran kaligrafer putri, maka lomba ini mempunyai kekhasan yang belum ada pada lomba-lomba khot sebelumnya. Dengan demikian pula, maka lomba ini membuka kesempatan seluas-luasnya bagi kaligrafer putri Indonesia dalam berkreasi, berekspresi dan menuangkan tinta hitam pada kertas muqohar pada dua jenis khot; Riq’ah dan Diwani dengan sistem mengirim karya.

Total hadiah Rp 9.000.000,00 disiapkan oleh panitia sebagai bentuk apresiasi atas karya dan partisipasi para peserta. Kesempatan terbuka bagi Anda, kaligrafer putri Indonesia hingga 1 Desember mendatang. Untuk panduan dan informasi lebih lengkap, silahkan download booklet lomba berikut ini:

Continue Reading